Pencemaran Udara
Udara
merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami
perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak
segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia,
kehidupan hewan serta tumbuhan
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya
bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan
susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat
asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu
yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti
itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun
1999 mengenai Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran
udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke
dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi
fungsinya.
Sumber Pencemar Udara
Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini
telah menjadi persoalan global, karena udara telah tercemar akibat aktivitas
manusia dan proses alam. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara
alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit dan
pancaran garam dari laut ; juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan
manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah,
baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga
Terdapat 2 jenis pencemar yaitu sebagai
berikut :
a. Zat pencemar
primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam konsentrasi
yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara alamiah seperti
karbon dioksida, yang meningkat diatas konsentrasi normal, atau sesuatu yang
tidak biasanya, ditemukan dalam udara, misalnya timbal.
b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang
terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia antar komponen-komponen udara.
Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi
menjadi dua golongan besar
1. Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan
pencemaran udara adalah kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, kegiatan
mikroorganisme, dan lain-lain. Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya
adalah asap, gas-gas, dan debu.
2. Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan-bahan
pencemar bermacam-macam antara lain adalah kegiatan-kegiatan berikut :
a. Pembakaran, seperti pembakaran sampah,
pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri, kendaraan bermotor, dan
lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain asap, debu, grit
(pasir halus), dan gas (CO dan NO).
b. Proses peleburan, seperti proses
peleburan baja, pembuatan soda,semen, keramik, aspal. Sedangkan bahan pencemar
yang dihasilkannya antara lain adalah debu, uap dan gas-gas.
c. Pertambangan dan penggalian, seperti
tambang mineral and logam. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama adalah debu.
d. Proses pengolahan dan pemanasan seperti
pada proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar
yang dihasilkan terutama asap, debu, dan bau.
e. Pembuangan limbah, baik limbah industri
maupun limbah rumah tangga. Pencemarannya terutama adalah dari instalasi
pengolahan air buangannya. Sedangkan bahan pencemarnya yang teruatam adalah gas
H2S yang menimbulkan bau busuk.
f. Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak
bumi, proses pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara
lain adalah debu, uap dan gas-gas
g. Proses pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan
yang semacamnya. Bahan
pencemarnya yang terutama adalah asap dan debu.
h. Proses percobaan atom atau nuklir.
Bahan pencemarnya yang terutama adalah gas-gas dan debu radioaktif.
Jenis Bahan Pencemar Udara
Ada beberapa bahan pencemar udara yang
sering ditemukan di kota-kota. Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar dapat
berupa :
a. Partikel (debu, aerosol, timah hitam)
b. Gas (karbon monoksida / CO, sulfur oksida / SOx,
hidrokarbon, nitrogen oksida / NOx, H2S
dan oksidant ozon dan PAN)
c.
Energi (suhu dan kebisingan)
Bahan-bahan
pencemar ini dikenakan peraturan khusus untuk pengawasannya karena bisa
membahayakan kesehatan.
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan
Pencemaran udara merupakan masalah global. Sumber pencemaran
udara adalah terutama pembakaran bahan bakar fosil untuk mendapatkan energi
untuk industri dan transportasi.
Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu, gas, timah hitam) dan gas (Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx) , Sulfur Oksida (SOx), Hidrogen
Sulfida (H2S), hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan
partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda
tingkatan dan jenisnya tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan
dapat menyebabkan terjadinya:
1. Iritasi pada saluran pernafasan. Hal
ini dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti
sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.
2. Peningkatan produksi lendir akibat
iritasi oleh bahan pencemar.
3. Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan.
4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga
saluran pernafasan menjadi menyempit.
6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.
Akibat dari hal tersebut
di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas sehingga benda asing
termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran
pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Aspek Klimatologi Pencemaran Udara
Pencemaran
udara berbeda pada satu tempat dengan tempat lain karena adanya perbedaan
kondisi pencahayaan, kelembaban, temperatur, angin serta hujan yang akan
membawa pengaruh besar dalam penyebaran dan difusi pencemar udara yang
diemisikan baik dalam skala lokal (kota tersebut) atau skala regional (kota dan
sekitarnya).
1. Kelembaban
Kelembaban udara
menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Kandungan uap air ini penting karena
uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi yang akan menentukan cepatnya
kehilangan panas dari bumi sehingga dengan sendirinya juga ikut mengatur suhu
udara.
Fog (kabut)
terbentuk ketika udara lembab dan mengembun, jenis partikel cair ini merugikan
karena memudahkan perubahan SO3 menajdi H2SO4.
Selain itu fog yang terjadai di daerah lembab akan menghalangi matahari
memanasi permukaan bumi untuk memcah inversi, akibatnya sering memperpanjang
waktu kejadian pencemaran udara.
Kelembaban udara
yang relatif rendah (< 60%) di daerah tercemar SO2 akan
mengurangi efek korosif dari bahan kimia tersebut sedangkan pada kelembaban
relative lebih atau sama dengan 80% di daerah tercemar SO2 akan terjadi
peningkatan efek korosif SO2 tersebut.
Kondisi udara yang
lembab akan membantu proses pengendapan bahan pencemar, sebab dengan keadaan
udara yang lembab maka beberapa bahan pencemar berbentuk partikel (misalnya
debu) akan berikatan dengan air yang ada dalam udara dan membentuk partikel
yang berukuran lebih besar sehingga mudah mengendap ke permukaan bumi oleh gaya
tarik bumi
.
2. Suhu
Salah satu
karaktersitik atmosfir yang penting adalah kestabilan atmosfir itu sendiri
yaitu kecenderungan untuk memperbanyak atau menahan pergerakan udara vertikal.
Pada kondisi stabil pergerakkan udara ditahan atau tidak banyak terjadi
pergerakkan vertikal. Kondisi ini dipengaruhi oleh distribusi suhu udara secara
vertikal.
Suhu udara menurun
± 1 °C per kenaikan ketinggian 100 meter, namun pada malam hari lapisan udara
yang dekat dengan permukaan bumi mengalami pendinginan terlebih dahulu sehingga
suhu pada lapisan udara di lapisan bawah dapat lebih rendah daripada atasnya.
Kondisi metereologi itu disebut inversi yaitu suhu udara meningkat menurut
ketinggian lapisan udara, yang memerlukan pada kondisi stabil dan tekanan
tinggi. Gradien tekanan pada kondisi tersebut menjadi lemah sehingga angin
menjadi lambat yang menyebabkan penurunan penyebaran zat pencemar secara
horisontal. Sementara itu tidak terjadi perpindahan udara vertikal yang
menyebabkan penurunan zat pencemar secara vertikal dan meningkatkan akumulasi
lokal. Hal ini dapat berakibat buruk bagi kesehatan manusia. Namun inversi
dapat menghilang setelah pagi hari ketika radiasi matahari menyinari permukaan
bumi.
Suhu dapat
menyebabkan polutan dalam atmosfir yang lebih rendah dan tidak menyebar.
Peningkatan suhu dapat menjadi ketalisator atau membantu mempercepat reaksi
kimia perubahan suatu polutan udara. Pada musim kemarau dimana keadaan udara
lebih kering dengan suhu cenderung meningkat serta angin yang bertiup lambat
dibanding dengan keadaan hujan maka polutan udara pada keadaan musim kemarau
cenderung tinggi karena tidak terjadi pengenceran polutan di udara.
Suhu yang menurun
pada permukaan bumi dapat menyebabkab peningkatan kelembaban udara relatif
sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan pencemar. Sedangkan pada suhu yang meningkat akan
meningkatkan pula reaksi suatu bahan kimia. Inversi suhu dapat mengakibatkan
polusi yang serius karena inversi dapat menyebabkan polutan terkumpul di dalam
atmosfer yang lebih rendah dan tidak menyebar. Selain hal itu suhu udara yang
tinggi akan menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi pencemar
menjadi makin rendah dan sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin
padat sehingga konsentrasi pencemar di udara makin tinggi. Suhu udara yang
tinggi akan menyebabkan bahan pencemar dalam udara berbentuk partikel menjadi
kering dan ringan sehingga bertahan lebih lama di udara, terutama pada musim
kemarau dimana hujan jarang turun.
Selain itu pula
pergerakkan udara di atmosfer dapat terjadi secara vertikal maupun horizontal.
gerakan horizontal disebabkan oleh aliran angin, jika angin yang terjadi
bersifat aktif dan kekuatannya cukup, polutan tidak mempunyai waktu cukup untuk
mengumpul karena cepat disebarkan. atmosfer di sekeliling gunung, bukit dan
bangunan-bangunan daerah perkotaan akan memperlambat dan mencegah gerakan angin
sehingga mengurangi gerakan udara horizontal karena gerakan horizontal terbatas
dipersi polutan menjadi tergantung pada pergerakan udara vertikal. Radiasi
sinar matahari dapat mempengaruhi kondisi bahan pencemar oksidan terutama O3
di atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyebabkan meningkatnya rangsangan bahan
pencemar untuk merusak bahan.
Dengan demikian
gambaran klimatologi tertentu, yang bersifat dan berkarakteristik khusus pada
suatu tempat, akan mempengaruhi fluktuasi dan variasi temporal konsentrasi
pencemaran udara di suatu tempat tersebut dan pola klimatologi akan sesuai
dengan karakteristik dan intensitas emisi pencemaran udara yang berasal dari
tempat lainnya. Dengan
demikian tinjauan klimatologi pencemaran udara akan berskala temporal dan
spasial makro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar